Kamis, 06 November 2014

Surat Terbuka Bagi Calon Penghafal Al-Quran


Surat Terbuka Bagi Calon Penghafal Al-Quran.


Hasil gambar untuk quran
AlQur'an
Tulisan ini, sebenarnya, merupakan sebuah jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh sebagian para jamaah di Korea Selatan. Tidak sedikit dari mereka bertanya bagaimana cara dan metode menghafal al-Quran. Saat itu, saya sebagai orang yang ditanya mempunyai waktu yang terbatas, karena banyaknya pertanyaan yang berbeda-beda. Dalam tulisan ini, saya berusaha menjawab bagaimana cara menghafal al-Quran sesuai dengan pengalaman saya pribadi. Dalam menghafal, entah mengahafal apa saja, setidaknya ada tiga cara. Namun, sebelum kita menghafal; pertama, hendaknya kita berniat dengan baik dan ikhlas karena Allah Swt semata dan menanamkan azam yang kuat dalam jiwa dengan
mengetahui keutamaan yang hendak kita hafalkan. Contohnya, jika kita hendak menghafal al-Quran, kita harus tahu bahwa keutamaan penghafal al-Quran adalah diberikan keistimewaan oleh Allah Swt baik di dunia dan akhirat, sebagai keluarganya, mendapatkan singgasana keagungan di akhirat kelak. Dengan mengetahui keutamaan ini, seorang calon penghafal akan termotivasi dan terbakar api semangatnya. Kedua, meminta doa kepada orang tua, utamanya kepada ibu yang mengandung dan melahirkan kita. Ketiga, menyusun jadwal dan sechedul yang jelas dan tepat. Jadwal ini disesuaikan dengan waktu yang dimiliki. Jika seorang santri menghafalnya pada sore hari dan menyetorkannya pada malam hari, maka seorang pekerja yang jadwal kerjanya siang, maka malam hari adalah waktu yang tepat untuk menghafal. Begitu pula sebaliknya. Yang tidak kalah penting dari semua itu adalah istiqamah dan menanamkan komitmen yang kuat, karena dengan istiqamah dan komitmen yang kuat seorang penghafal bisa melewati jalan yang terjal, seperti malas dan futur.


Allah dalam firmannya menjamin kemudahan bagi orang-orang yang mau menghafal al-Quran. Hal ini tertuang dalam surat al-Qamar ayat 17. Tetapi kemudahan tersebut tidak dapat kita raih tanpa disertai system pendukungnya, yaitu cara dan metode mengahafal. Adapun metode menghafal, sesuai dengan pengalaman saya, terbagi dalam tiga cara: Pertama, metode menghafal per- ayat. Dalam al-Quran pojokan (di akhiri ayat setiap halamannya), sekurang-kurangnya ada 12-14 ayat. Dalam metode ini, seorang penghafal membaca ayat yang pertama di ulang-ulang hingga lancar dan hafal. Seorang penghafal tidak diperkenankan pindah ayat sebelum ayaty yang pertama benar-benar lancar. Setelah ayat pertama ini lancar, maka boleh pindah pada ayat yang kedua. Kemudian, ayat memulai membaca ayat yang kedua dengan di ulang-ulang hingga lancar seperti ayat yang pertama. Apabila ayat kedua telah dihafal, maka ayat pertama dibaca kembali dan diteruskan dengan ayat yang kedua. Jika dirasa dua ayat tadi dirasa belum lancar, maka dua ayat tersebut diulang-ulang dan seterusnya. Metode ini saya praktekkan ketika masih kecil, ketika menghafal juz ‘Amma. Walaupun pada saat itu belum terpikirkan metode dan cara menghafal, tapi cara seperti itu yang saya lakukan. Setelah saya amati, selama mengajar al-Quran di Mesir dan di Indonesia, metode ini lebih cocok untuk anak kecil. Tapi tidak menutup kemungkinan cocok juga untuk orang dewasa, karena sebuah metode hanya program. Kedua, metode global. Dalam metode ini, seorang penghafal membaca satu halaman penuh berulang-ulang hingg lancar. Tanpa harus hafal. Setelah bacaan satu halaman tersebut lancar, maka kemudian dihafal ayat per-ayat. sebagaimana metode yang pertama. Metode ini, saya pakai ketika mengulang hafalan Matan al-Syatibi yang lupa. Dalam pengamatan saya, metode ini banyak dipakai oleh para penghafal, karena dianggap lebih mudah dan hasilnya lebih mantab. Ingatan lebih mencerna untuk melanjutkan ayat per-ayat karena telah lancar dari awal. Biasanya yang memakai metode ini remaja dan orang-orang dewasa yang telah baik dan lancar bacaannya. Ketiga, metode gabungan antara metode satu dan dua dengan diakhiri dengan menuliskan apa yang telah di hafal. Dalam metode ini, sedikit lebih rumit. Tampak dalam kerumitan metode ini adalah menuliskan apa yang telah dihafal, karena tidak semua orang ayang hafal al-Quran bisa menuliskan apa yang telah dihafalnya. Terlebih menulis dengan rasm utsmani. Metode ini banyak dipakai di setiap kuttab (tempat menghafal; istilah arab) bagi anak-anak dan dewasa di Maroko, Mesir dan Sudan. Ketika seorang mampu menerjemahkan hafalannya dalam sebuat tinta di atas kertas, maka hafalannya dianggap baik dan lancar. Metode ini, saya pakai ketika menghadapi ujian di universitas al-Azhar. Hafal saja tidak cukup tanpa diterjemahkan dalam bentuk tulisan, dan Alhamdulillah berhasil cukup baik. Semoga surat terbuka ini, bermanfaat bagi yang hendak menghafal dan mempunyai niat mengajarkan anaknya untuk menghafal. Dalam tulisan ini hanya sekelumit dari pengalaman saya dan tidak ada niat untuk pamer. Hanya sekedar menjawab dan berbagi informasi. Maaf belum di edit dan rencana akan dikembangkan dikemudian hari tulisan ini. M. Fathurrozi Alawi Nawafi. 28-08-2013.
Changwoen South Korea.

Popular Posts