TAHFIDZ AL-QUR'AN

PENGANTAR

Menghafal Al-Qur’an adalah perbuatan yang sangan mulya, karena hal tersebut menjadi bagian dari salah satu penjaga firman Allah. “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Dzikra (Al-Qur’an) dan Kami pula yang menjaganya”. Nabi pun merespon sangat tegas bahwa bagi penghafal Al-Qur’an klak di hari kiamat bagi penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi di sisi-Nya dan keluarganya akan memakai mahkota. Oleh karena itu, sungguh sangat beruntung  bagi orang-orang yang mau meluangkan waktunya untuk menghafal Al-Qur’an.
Mengafal Al-Qur’an merupakan aktifitas yang menuntut untuk dilakukan secara kontinyu, memiliki schedule yang jelas dan terarah. Sementara itu, melihat kondisi santri ponpes Darussalam Keputih yang kebanyak terdiri dari mahasiswa yang memiliki tingkat aktifitas yang tinggi, maka untuk memudahkan menghafal Al-Qur’an, Pon-Pes Darusaalam Keputih memetakan tekhnis menghafal dan menyetor Al-Qur’an sebagaimana berikut :

No
Kamis
Senin
Sabtu
Minggu
1




2




3




4





Secara kalkulasi dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam seminggu santri telah hafal dua lembar dan jika dalam sebulan maka ia telah menghafal delapan lembar. Melihat dari kalkulasi ini, maka dapat dipastikan dalam setahun santri telah hafal kurang lebih 10 juz dengan dikurangi masa liburan.

Sementara kwantitas setoran yang diwajibkan bagi santri adalah satu halaman (satu rai) Al-Qur’an ayat pojok cetakan Madinah. Sedangkan untuk setoran ulangan (muraja’ah atau takrir) hanya dua halaman setengah sampai setengah juz. Namun demikian, bagi yang telah hafal juz 10 ke atas diwajibkan setoran ulangannya setengah juz setiap pertemuan.


HAL-HAL DILUAR TEKHNIS MENGHAFAL

 Bagi santri yang hendak menghafal Al-Qur’an tidak hanya dituntut memiliki komitmen yang kuat dan schedule yang jelas dan terarah, namun juga harus memiliki :

      1)    Niat yang luhur hanya ikhlas kepada Allah.
      2)    Kepribadian yang sopan, mandiri dan bersih dari noda-noda kepentingan duniawi.
     3)    Ketawadhuan dan tadharru’ hanya kepada Allah dan selalu berbuat baik kepada orang tua  dan guru dengan meminta doa dan mendoakannya.
   4) Jiwa yang selalu menghadirkan Al-Qur’an sebagai teman mesra baik dikala senang  maupun susah dan menghindari sesuatu yang dapat menjauhkan Al-Qur’an dari lubuk hati.
5) Jiwa yang jernih dengan melakukan amalan-amalan yang dapat menunjang hafalan, seperti puasa dan shalat malam dengan membaca Al-Qur’an yang telah dihafal, baik ditengah-tengah shalat maupun setelah shalat.

>>> Sebagai wawasan, Bacalah Artikel terkait yang ditulis oleh Pembimbing PTQ PPDS Keputih Surabaya dengan judul : SURAT TERBUKA UNTUK CALON PENGHAFAL AL-QUR'AN




Formulir Pendaftaran & Info Lebih Lengkap Hubungi :

Pembimbing PTQ PPDS Keputih Surabaya
atau Kontak Pesantren


1 komentar:

Assalamu'alaikum.,
Ustadz apakah saya bisa belajar mengaji Al-Quran di pesantren?
Apakah bisa jika tidak mukim. Misalnya brangkat pagi pulang sore hari.
Wassalam.

Posting Komentar

Terimakasih Atas Komentarnya

Popular Posts